Bab 1 : Peradaban Awal Di Kepulauan Indonesia
1. Mengapa istilah praaksara lebih tepat
dibandingkan dengan istilah prasejarah untuk menggambarkan kehidupan manusia
sebelum mengenal tulisan ?
Penggunaan
kata Pra(Sebelum) Sejarah adalah kurang
tepat untuk menggambarkan kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan sehingga
diubah menjadi pra (sebelum) aksara (tulisan) atau juga nir (tanpa) leka
(tulisan).
2. Bagaimana secara metodologis kita dapat
mengetahui kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan ?
Untuk menyelidiki zaman praaksara, para sejarawan harus menggunakan metode penelitian ilmu arkeologi dan sedikit banyak juga pada ilmu alam seperti geologi dan biologi. Ilmu arkeologi adalah bidang ilmu yang mengkaji bukti-bukti atau jejak tinggalan fisik, seperti lempeng artefak, monumen, candi dan sebagainya. Berikutnya menggunakan ilmu geologi dan percabangannya, terutama yang berkenaan dengan pengkajian usia lapisan bumi dan biologi berkenaan dengan kajian tentang ragam hayati (biodiversitas) makhluk hidup.
3. Kapan Masa Pra Aksara Dimulai, Dan Kapan
Berakhirnya Masa Pra Aksara. Mengapa demikian?
Masa
pra aksara dimulai sejak manusia ada dan berakhir setelah manusia mulai mengenal
tulisan. Berakhirnya masa pra aksara di setiap wilayah berbeda-beda dan penduduk
di kepulauan indonesia mulai memasuki masa aksara sekitar abad ke 4 – 5 M dengan
ditemukan prasasti peninggalan kerajaan tua seperti Kerajaan Kutai di Muara Kaman,
Kalimantan Timur. Mesir dan Mesopotamia mengenal tulisan
sejak 3000 S. M.
4.
Apa saja pelajaran yang dapat kita peroleh
dari belajar kehidupan
pada zaman praaksara?
Arti penting dari
pembelajaran tentang sejarah kehidupan zaman pra aksara pertama-tama adalah
kesadaran akan asal-usul manusia. Semakin berbudaya seseorang semakin dalam
pula kesadaran kolektifnya tentang asal usul dan penghargaan terhadap tradisi.
Jika tidak demikian, manusia yang melupakan budaya bangsanya akan mudah
terombang ambing oleh terpaan budaya asing yang lebih kuat, sehingga dengan
sendirinya kehilangan identitas diri. Jadi bangsa yang gampang meninggalkan
tradisi nenek moyangnya akan mudah didikte oleh budaya dominan dari luar yang
bukan miliknya.
Proses evolusi bumi
dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut :
1. Azoicum (Yunani: a = tidak; zoon = hewan), yaitu zaman sebelum adanya kehidupan. Pada saat ini bumi baru terbentuk dengan suhu yang relatif tinggi. Waktunya lebih dari satu milyar tahun lalu.
2. Palaezoicum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini sudah meninggalkan fosil flora dan fauna. Berlangsung kira-kira 350.000.000 tahun.
3. Mesozoicum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan mamalia (menyusui), hewan amfibi, burung dan tumbuhan berbunga mulai ada. Lamanya kira-kira 140.000.000 tahun.
4. Neozoicum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai sejak 60.000.000 tahun yang lalu. Zaman ini dapat dibagi lagi menjadi dua tahap (Tersier dan Quarter), zaman es mulai menyusut dan makhluk-makhluk tingkat tinggi dan manusia
mulai hidup.
Peninggalan manusia
purba untuk sementara ini yang paling banyak ditemukan berada di Pulau Jawa.
Meskipun di daerah lain tentu juga ada. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa penemuan
penting fosil manusia di beberapa tempat.
1. Sangiran
Sangiran pertama
kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan laporan penemuan
fosil vertebrata dari Kalioso. Situs Sangiran berada diperbatasan Kabupaten
Sragen dan Kabupaten Karanganyar dan mempunyai luas delapan kilometer pada arah
utara-selatan dan tujuh kilometer arah timur-barat.
Sangiran merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia. Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia, yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu.
Pada 1934, G.H.R von Koenigswald menemukan artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Homo erectus adalah Fosil yang di temukan di Sangiran.
Situs itu ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.
Sangiran merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia. Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia, yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu.
Pada 1934, G.H.R von Koenigswald menemukan artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Homo erectus adalah Fosil yang di temukan di Sangiran.
Situs itu ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.
2. Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Trinil adalah
sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi Kabupaten
Ngawi, Jawa Timur. Eugene Dubois melakukan penggalian pada endapan alluvial
Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus
erectus.
beberapa jenis
manusia purba yang pernah hidup di zaman praaksara :
1. Jenis Megantropus
berdasarkan
penelitian Von Koenigswald yang menemukan fosil rahang manusia yang berukuran
besar. Meganthropus paleojavanicus
artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purba
ini memiliki ciri rahang yang kuat dan badannya tegap.
Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah tumbuh tumbuhan. Masa hidupnya diperkirakan pada zaman
Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah tumbuh tumbuhan. Masa hidupnya diperkirakan pada zaman
Pleistosen Awal.
2. Jenis Pitecantropus
Didasarkan pada
penelitian Eugene Dubois tahun 1890. terbentuk kerangka manusia, tetapi masih
terlihat tanda-tanda kera. jenis ini dinamakan Pithecanthropus
erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak.
Jenis ini juga ditemukan di Mojokerto, sehingga disebut Pithecanthropus mojokertensis. Jenis manusia purba yang juga terkenal sebagai rumpun Homo erectus ini paling banyak ditemukan di Indonesia. Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup sekitar zaman Pleistosen Tengah.
Jenis ini juga ditemukan di Mojokerto, sehingga disebut Pithecanthropus mojokertensis. Jenis manusia purba yang juga terkenal sebagai rumpun Homo erectus ini paling banyak ditemukan di Indonesia. Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup sekitar zaman Pleistosen Tengah.
3. Jenis Homo
pertama diteliti
oleh von Reitschoten di Wajak. Penelitian dilanjutkan oleh Eugene Dubois dan
menyimpulkan sebagai jenis Homo. Ciri-ciri jenis manusia Homo ini muka lebar,
hidung dan mulutnya menonjol. Dahi juga masih menonjol,
Bentuk fisiknya
tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang. Hidup dan perkembangan jenis
manusia ini sekitar 40.000 – 25.000 tahun yang lalu. Tempat-tempat
penyebarannya tidak hanya di Kepulauan Indonesia tetapi juga di Filipina dan
Cina Selatan.
Homo
sapiens artinya ‘manusia sempurna’ yang secara umum tidak jauh berbeda
dengan manusia modern. Homo sapiens juga
diartikan dengan ‘manusia bijak’ karena telah lebih maju dalam berfikir dan
menyiasati tantangan alam.
Penggolongan
manusia Homo sapiens dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Manusia Wajak
Homo
wajakensis sementara dapat disejajarkan
perkembangannya dengan manusia modern awal dari akhir Kala Pleistosen. Pada
tahun 1889, manusia Wajak ditemukan oleh B.D. van Rietschoten di sebuah ceruk
di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa
Timur.
b.
Manusia Liang Bua
Penemuan fosil Homo floresiensis ditemukan di sebuah gua Liang Bua oleh tim peneliti gabungan Indonesia dan Australia Pada Tahun 2004. Sebuah gua permukiman prasejarah di Flores. Liang Bua bila diartikan secara harfiah merupakan sebuah gua yang dingin. Sebuah gua yang sangat lebar dan tinggi dengan permukaan tanah yang datar, merupakan tempat bermukim yang nyaman bagi manusia pada masa praaksara.
Manusia Liang Bua
ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J. Morwood pada bulan September 2003 lalu.
Temuan itu dianggap sebagai penemuan spesies baru yang kemudian
diberi nama Homo
floresiensis, sesuai dengan tempat ditemukannya fosil
manusia LiangBua
.
Manusia Liang Bua
mempunyai ciri tengkorak yang panjang dan rendah,berukuran kecil, dengan volume
otak 380 cc. Kapasitas kranial tersebut berada jauh di bawah Homo
erectus (1.000 cc), manusia modern Homo sapiens (1.400
cc), dan bahkan berada di bawah volume
otak simpanse (450
cc).
Uji Kompetensi Pola Hunian
1. Mengapa manusia purba itu banyak yang
tinggal di tepi sungai?
Karena air adalah
kebutuhan pokok manusia dan air juga diperlukan oleh tumbuhan dan binatang maka
manusia purba memilih untuk tinggal di tepi sungai karena memudahkan untuk
mencari makanan.
2. Jelaskan pola kehidupan nomaden manusia
purba!
Kehidupan nomaden
adalah kehidupan yang berpindah-pindah tempat, mereka pindah dari satu tempat
ke tempat lainnya berdasarkan faktor alam dan makanan, jika ketersediaan
makanan pada suatu tempat mulai habis maka mereka pindah mencari tempat tinggal
yang memiliki ketersediaan makanan lebih banyak.
3. Manusia purba juga memasuki fase bertempat
tinggal sementara, misalnya di gua mengapa demikian?
Manusia purba juga
memanfaatkan berbagai sumber daya lingkungan yang tersedia, termasuk tinggal di
gua-gua. Mobilitas manusia purba yang tinggi tidak memungkinkan untuk menghuni
gua secara menetap. Keberadaan gua-gua yang dekat dengan sumber air dan sumber
bahan makanan mungkin saja dimanfaatkan sebagai tempat persinggahan sementara.
4. Apa kira-kira alasan bagi manusia purba
memilih tinggal di tepi pantai?
Karena manusia
purba suka menetap di alam terbuka agar memudahkan mereka mencari makanan, maka
mereka memilih tinggal di tepi pantai.
Penemuan Api
Penemuan api terjadi
sekitar 400.000 tahun yang lalu pada periode Homo Erectus, penemuan api
memperkenalkan manusia pada teknologi membakar makanan, api juga digunakan
sebagai senjata, penerangan di malam hari dan penghangat ketika cuaca dingin.
Melalui pembakaran pula manusia dapat menaklukkan alam, seperti membuka lahan
untuk garapan dengan cara membakar hutan.
Dari Berburu Sampai Bercocok Tanam
Masa manusia purba
berburu dan meramu itu sering disebut dengan masa food
gathering. Mereka hanya mengumpulkan dan menyeleksi
makanan karena belum dapat mengusahakan jenis tanaman untuk dijadikan bahan
makanan.
Peralihan Zaman
Mesolitikum ke Neolitikum menandakan adanya revolusi kebudayaan dari food
gathering menuju food
producing dengan Homo sapien sebagai
pendukungnya. Pada masa food producing mereka tidak hanya mengumpulkan makanan
tetapi mencoba memproduksi makanan dengan bercocok tanam.
Sistem barter dan
kegiatan bertani juga semakin berkembang ketika mereka sudah mulai bertempat
tinggal menetap.
Sistem Kepercayaan
Mereka percaya
manusia yang meninggal akan mendapatkan kebahagiaan jika mayatnya ditempatkan
pada susunan batu-batu besar,Karena itulah kita mengenal dolmen, sarkofagus,
menhir dan lain sebagainya.
Pada zaman
megalitikum ( zaman batu besar). Mereka mendirikan bangunan batu-batu besar
seperti menhir, dolmen, punden berundak, dan sarkofagus.
Kepercayaan
animisme merupakan sebuah sistem kepercayaan yang memuja roh nenek
moyang.
Menurut kepercayaan
dinamisme ada bendabenda tertentu yang diyakini memiliki kekuatan gaib,
sehingga benda itu sangat dihormati dan dikeramatkan
Kedatangan Deutro Dan Proto Melayu
Menurut
Sarasin bersaudara, penduduk asli Kepulauan Indonesia adalah ras berkulit gelap
dan bertubuh kecil.
Beberapa penduduk
asli Kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah pedalaman,
sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Penduduk asli itu
disebut sebagai suku bangsa Vedda oleh Sarasin. Ras yang masuk dalam kelompok
ini adalah suku bangsa Hieng di Kamboja, Miaotse, Yao-Jen di Cina, dan Senoi di
Semenanjung Malaya.
Suku bangsa seperti
Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra dan Toala di Sulawesi
merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia.
Protomelayu
diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari
Madagaskar sampai pulau-pulau paling timur di Pasifik
Deutero Melayu
merupakan ras yang datang dari Indocina bagian utara. Mereka membawa budaya
baru berupa perkakas dan senjata besi di Kepulauan Indonesia. Pada akhirnya
Proto dan Deutero Melayu membaur yang selanjutnya menjadi penduduk di Kepulauan
Indonesia.
Sekitar 170 bahasa
yang digunakan di Kepulauan Indonesia adalah bahasa Austronesia
(Melayu-Polinesia)
Bab 2 Pedagang,
Penguasa dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu-Buddha)
Lahirnya Agama Hindu
Pertumbuhan dan
perkembangan kebudayaan Hindu di India berkaitan dengan sistem kepercayaan
bangsa Arya yang masuk ke India pada 1500 S.M. Kebudayaan Arya berkembang di
Lembah Sungai Indus India. Kitab suci agama Hindu disebut Weda (Veda),
artinya pengetahuan tentang agama. SanusiPane dalam bukunya Sejarah
Indonesia menjelaskan tentang Weda terdiri dari 4
buah kitab, yaitu:
a. Rigweda
Rigweda adalah
kitab yang berisi tentang ajaran-ajaran Hindu. Rigweda merupakan kitab yang
tertua dan kemungkinan muncul pada waktu bangsa Arya masih berada di daerah
Punjab.
b. Samaweda
Samaweda adalah
kitab yang berisi nyanyian-nyanyian pujaan yang wajib dilakukan ketika upacara
agama.
c. Yajurweda
Yajurweda adalah
kitab yang berisi dosa-doa yang dibacakan ketika diselenggarakan upacara agama.
Munculnya kitab ini diperkirakan ketika bangsa Arya mengusai daerah Gangga
Tengah.
d. Atharwaweda
Atharwaweda adalah
kitab yang berisi doa-doa untuk menyembuhkan penyakit, doa untuk memerangi
raksasa. Doa-doa atau mantera pada kitab ini muncul setelah bangsa Arya
berhasil menguasai daerah Gangga Hilir.
Agama Hindu
bersifat Politheisme, yaitu percaya terhadap banyak dewa yang masing-masing
dewa memiliki peranan dalam kehidupan masyarakat. Ada tiga dewa utama dalam
agama Hindu yang disebut Trimurti terdiri dari Dewa Brahma (dewa pencipta),
Dewa Wisnu (dewa pelindung), dan Dewa Siwa (dewa perusak).
Urutan sistem kasta
agama hindu, penggolongan ini disebut (caturwarna) :
- Golongan
Brahmana (pendeta) menduduki golongan pertama.
-
Ksatria (bangsawan,
prajurit) menduduki golongan kedua.
-
Waisya (pedagang
dan petani) menduduki golongan ketiga, sedangkan
- Sudra
(rakyat biasa) menduduki golongan terendah atau golongan
keempat.
Lahirnya Agama Buddha
Agama Buddha lahir
sekitar abad ke-5 S.M. Pembawa agama Buddha adalah Sidharta Gautama (563-486
S.M), seorang putra dari Raja Suddhodana dari Kerajaan Kosala di Kapilawastu.
Sidharta Gautama dikenal sebagai Sang Buddha,
artinya yang disinari.
Dalam ajaran Buddha
manusia akan lahir berkali-kali (reinkarnasi).
Hidup adalah samsara,
menderita, dan tidak menyenangkan. Menurut ajaran Buddha, hidup manusia adalah
menderita,
disebabkan karena adanya tresna atau
cinta, yaitu cinta (hasrat/nafsu) akan kehidupan. Penderitaan dapat dihentikan,
caranya adalah dengan menindas tresna melalui
delapan jalan (astawida)
yakni :
1. pemandangan
(ajaran) yang benar, 2. niat atau sikap yang benar,
3. perkataan yang
benar, 4. tingkah laku yang benar, 5. penghidupan (mata pencaharian) yang
benar, 6. usaha yang benar, 7. Perhatian yang benar, 8. semadi yang benar.
Kerajaan Kutai
Kerajaan kutai
adalah kerajaan hindu buddha pertama di indonesia
Raja : Mulawarman
(Zaman Keemasan), Asmawarman (ayahnya Mulawarman), Kudungga (Kakeknya
Mulawarman)
Letak : daerah
Muarakaman di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Prasasti : Yupa
(Batu bertulis)
Kerajaan Tarumanegara
Tarumanegara
berkembang pada awal abad ke 5 M. Sejarah tertua yang berkaitan dengan
pengendalian banjir dan sistem pengairan adalah pada masa Kerajaan
Tarumanegara. Untuk mengendalikan banjir dan pertanian yang diduga di wilayah
Jakarta saat ini, maka Raja Purnawarman menggali sungai
Candrabaga.
Raja : Punawarman
Letak : di antara
Sungai Citarum dan Cisadane.
Prasasti :
1. Prasasti Ciareteun
1. Prasasti Ciareteun
Prasasti ini
ditemukan di tepi Sungai Citarum di dekat muaranya yang mengalir ke Sungai
Cisadane, di daerah Bogor. Pada prasasti ini dipahatkan sepasang telapak kaki
Raja Purnawarman.
2.
Prasati Kebon Kopi
Prasasti Kebon Kopi
ditemukan di Kampung Muara Hilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor. Pada prasasti
ini ada pahatan gambar tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah
Airawata (gajah kendaraan Dewa Wisnu).
3.
Prasasti Jambu
Prasasti ini
ditemukan di perkebunan Jambu, Bukit Koleangkok, kira-kira 30 km sebelah barat
Bogor. Dalam prasasti itu diterangkan bahwa Raja Purnawarman itu gagah,
pemimpin yang termasyhur, dan baju zirahnya tidak dapat ditembus senjata musuh.
4.
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu
ditemukan di Desa Tugu, Cilincing Jakarta. Prasasti ini menerangkan tentang
penggalian saluran Gomati dan Sungai Candrabhaga. Mengenai nama Candrabhaga,
Purbacaraka mengartikan candra = bulan = sasi. Candrabhaga menjadi sasibhaga
dan kemudian menjadi Bhagasasi - bagasi, akhirnya menjadi Bekasi.
5.
Prasasti Pasir Awi
Prasasti Pasir Awi
ditemukan di daerah Bogor.
6.
Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara
Cianten ditemukan di daerah Bogor.
7.
Prasasti Lebak
Prasasti Lebak
ditemukan di tepi Sungai Cidanghiang, Kecamatan Muncul, Banten Selatan.
Prasasti ini menerangkan tentang keperwiraan, keagungan, dan keberanian
Purnawarman sebagai raja dunia.
Kerajaan Kalingga
Nama Kalingga
berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India Selatan.
Kerajaan Kalingga
berkembang kira-kira abad ke-7 - ke-9 M.
Ratu : Ratu Sima (674 Masehi)
Letak : Jawa
Tengah, di Kecamatan Keling, sebelah utara Gunung Muria.
Prasasti : Prasasti
Tuk Mas di lereng Gunung Merbabu.
Kerajaan Kalingga
mengalami kemunduran kemungkinan akibat serangan Sriwijaya yang menguasai
perdagangan. Serangan tersebut mengakibatkan pemerintahan Kijen menyingkir ke
Jawa bagian timur atau mundur ke pedalaman Jawa bagian tengah antara tahun 742
-755 M.
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya
mulai berkembang pada abadke-7.
Raja : Dapunta
Hyang (Pertama), Balaputradewa(putra dari Raja
Samarotungga dengan
Dewi Tara dari Sriwijaya.) (Raja terkenal dan memimpin pada abad ke 9 M), Sri
Sudamaniwarmadewa (990 M), Marawijayottunggawarman (Penerus dan putera dari Sri
Sudamaniwarmadewa)
Letak : pusat
Kerajaan Sriwijaya adalah di Palembang, di dekat pantai dan di tepi Sungai
Musi. Ketika pusat Kerajaan Sriwijaya di Palembang mulai menunjukkan
kemunduran, Sriwijaya berpindah ke Jambi.
Prasasti :
1.
Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit
ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang. Prasasti ini berangka tahun
605 Saka (683 M). Isinya antara lain menerangkan bahwa seorang bernama Dapunta
Hyang mengadakan perjalanan suci (siddhayatra)
dengan menggunakan perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa
tentara 20.000 personil.
2.
Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo
ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah Talang Tuo. Prasasti ini
berangka tahun 606 Saka (684 M). Isinya menyebutkan tentang pembangunan sebuah
taman yang disebut Sriksetra. Taman ini dibuat oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga.
3.
Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu ditemukan di Palembang. Prasasti ini tidak berangka tahun. Isinya terutama tentang kutukan- kutukan yang menakutkan bagi mereka yang berbuat kejahatan.
Prasasti Telaga Batu ditemukan di Palembang. Prasasti ini tidak berangka tahun. Isinya terutama tentang kutukan- kutukan yang menakutkan bagi mereka yang berbuat kejahatan.
4.
Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur
ditemukan di Pulau Bangka, berangka tahun 608 Saka (656 M). Isinya terutama
permintaan kepada para dewa untuk menjaga kedatuan Sriwijaya, dan menghukum
setiap orang yang bermaksud jahat.
5.
Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang
Berahi ditemukan di Jambi, berangka tahun 608 saka (686 M). Isinya sama dengan
isi Prasasti Kota Kapur.Beberapa prasasti yang lain, yakni Prasasti Ligor berangka
tahun 775 M ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu, dan Prasasti Nalanda di
India Timur. Di samping prasasti-prasasti tersebut, berita Cina juga merupakan sumber
sejarah Sriwijaya yang penting. Misalnya berita dari I-tsing, yang pernah
tinggal di Sriwijaya.
Perkembangan Kerajaan Sriwijaya :
a. Letak
geografis di kota Palembang
b. Runtuhnya
Kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan Kamboja
Penyebab Sriwijaya Mengalami Kemunduran :
a. Keadaan
sekitar Sriwijaya berubah, tidak lagi dekat dengan pantai. Hal ini disebabkan
aliran Sungai Musi, Ogan, dan Komering banyak membawa lumpur. Akibatnya.
Sriwijaya tidak baik untuk perdagangan.
b. Banyak
daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Hal ini disebabkan terutama
karena melemahnya angkatan laut Sriwijaya, sehingga pengawasan semakin sulit.
c. c.Dari
segi politik, beberapa kali Sriwijaya mendapat serangan dari kerajaan-kerajaan
lain. Tahun 1017 M Sriwijaya mendapat serangan dari Raja Rajendracola dari
Colamandala, namun Sriwijaya masih dapat bertahan. Tahun 1025 serangan itu
diulangi, sehingga Raja Sriwijaya, Sri Sanggramawijayattunggawarman ditahan
oleh pihak Kerajaan Colamandala. Tahun 1275, Raja Kertanegara dari Singhasari
melakukan Ekspedisi Pamalayu. Hal itu menyebabkan daerah Melayu lepas. Tahun
1377 armada angkatan laut Majapahit menyerang Sriwijaya Serangan ini mengakhiri
riwayat Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan maritim
adalah kerajaan yang mengandalkan perekonomiannya dari kegiatan perdagangan dan
hasil-hasil laut.
Kerajaan Mataram Kuno
Mataram Kuno
berdiri pada pertengahan abad ke-8 di Jawa bagian tengah.
Raja : Sanna,
Sanjaya 717 - 780 M(putra Sanaha, saudara perempuan dari Sanna.), Rakai
Panangkaran (julkan = permata dari Dinasti Syailendra )(Putra Sanjaya)
Letak : Belum dapat dipastikan (Ada yang menyebutkan pusat kerajaan di Medang dan terletak di Poh Pitu. Sementara itu letak Poh Pitu sampai sekarang belum jelas.)
Letak : Belum dapat dipastikan (Ada yang menyebutkan pusat kerajaan di Medang dan terletak di Poh Pitu. Sementara itu letak Poh Pitu sampai sekarang belum jelas.)
Prasasti : Prasasti
Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Klura, Prasasti Kedu atau
Prasasti Balitung.
Candi : (Buddha : Candi Ngawen, Mendut, Pawon dan Borobudur.) (Hindu : Candi Dieng Candi Gedongsongo, Candi Bima, Puntadewa, Arjuna, dan Semar)
Candi : (Buddha : Candi Ngawen, Mendut, Pawon dan Borobudur.) (Hindu : Candi Dieng Candi Gedongsongo, Candi Bima, Puntadewa, Arjuna, dan Semar)
Candi Borobudur
didirikan oleh Raja Samaratungga dari dinasti Syailendra pada abad ke-9. Candi
itu terletak di antara dua bukit, tepatnya di Desa Borobudur, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang. Bangunan ini dinamai Bhumisambharabhudara
yang artinya adalah bukit peningkatan kebijakan setelah
melampaui sepuluh tingkat Boddhisattwa.
artikel lainnya :
0 komentar:
Posting Komentar